Dalam sejarah Negeri Tirai Bambu, nama itu berevolusi dari mulai Dinasti Shang
(1600-1046SM) dimana nama masih berupa 1 kata (tanpa nama Marga) kemudian
berubah menjadi 2 kata dimana kata pertama adalah Marga dan kata kedua adalah
nama pribadi dan akhirnya sejak Dinasti Han (206SM – 220) berubah menjadi 3
kata yang terdiri dari : 1 Nama Marga(Surname), 1 Nama Generasi dan 1 Nama Diri. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Marga
Keluarga Besar Sim Tjoen Oey adalah Marga Sim.
Nama Marga sendiri tidaklah sedikit.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli didapatkan bahwa ada
ribuan nama marga.
Sim itu sendiri adalah marga dalam bahasa Hokkian, jika
diterjemahkan dalam bahasa Mandarin maka Sim itu adalah Shen (沈) Arti nama Shen adalah Men Who Don’t
Yield To Power. Daerah asal Marga Shen adalah di Wu Qing di Provinsi ZheJiang terletak di pinggir sungai Yangtze berdekatan
dengan Jiangsu, ZheJiang
dan Shanghai.
Ada
beberapa cerita mengenai asal muasal Nama Shen :
- Klan Shen adalah keturunan dari Kaisar Huang Ti.
- Cucu dari Shao Hao adalah Gurunya Raja dan dia punya 2 anak yaitu Yun Ge dan Tai Dai. Tai Dai diberikan hadiah tanah ShanXi atas keberhasilannya mengatasi banjir selama pemerintahan Zhuan Xu. Keturunan Ta Dai terpecah menjadi 4 suku bangsa yaitu Shen, Yi, Ru dan Huang, yang dikenal dengan sebutan 4 Kerajaan. Kerajaan She terletak di RuNan, HeNan. Pada tahun 506 Sebelum Masehi semua Kerajaan Utara bersekutu melawan Kerajaan Chu. Kerajaan Shen tidak berpartisipasi dan akhirnya dihancurkan. Sejak itu seluruh rakyatnya menggunakan nama Shen
- Saudara paling kecil Zhou Wu Wang bernama Ran Ji diberikan Kerajaan Shen untuk mencegah pemberontakan setelah kematian saudaranya. Penerusnya juga menggunakan nama marga Shen.
- Asal muasal lain berasal dari nama Belakang Mi. Selama masa Chun Qiu, Cucu terbesar Chu Jon Wang bernama Shen Yi Shu adalah Gubernur Kota Shen. Karena keberhasilannya memberantas korupsi maka penerusnya pun menggunakan nama Marga Shen.
Cerita Keluarga Besar Sim Tjoen Oey di Indonesia diawali
oleh Sim Say (Engkong dari Sim Tjoen Oey).
Sim Say adalah pedagang yang datang dari Tiongkok ke Palembang.
Kedatangan Sim Say kira-kira tahun 1900 an. Adapun dagangannya kala itu antara lain : senapan
angin, lampu petromak dan macam-macam kain.
Karena kegigihannya Sim Say berhasil menjadi pedagang besar, kaya dan
sukses. Banyak toko-toko di Pasar 16
Ilir yang dikuasai oleh Sim Say. Saking suksesnya Sim Say membangun tangga
beserta dermaga kecil untuk bersandarnya kapal-kapal, dan sampai saat ini
tangga tersebut masih ada dan dikenal dengan nama Tangga Sim Say.
Bersama dengan Sim Say ini ikut pula anaknya yang bernama
Sim Sun Hay dan juga sepupunya Tjun Siong.
Pada akhirnya Sim Sun Hay akhirnya
menikah dengan Tjoa Eng Nio. Tjoa
Eng Nio sendiri adalah anak dari seorang laki-laki Tiong Hoa dan perempuan asli
Palembang asal
Seberang Ulu yang beragama Islam. Dari
pernikahan mereka lahirlah 7 orang anak yaitu :
- Sim Tjoen Siang
- Sim Tjoen Oey
- Sim Tjoen Tiang
- Sim Tjoen Tek
- Sim Beng Kui
- Sim Tjoen Giap
- Sim Kie Kui
Sim Tjoen Oey dilahirkan 17 Maret 1914 di Kota Muara
Enim. Bayi mungil bernama Sim Tjoen Oey
inilah yang nantinya akan tumbuh menjadi sosok besar, aktor utama dan pahlawan
bagi Keluarga Besar Sim Tjoen Oey. Dari kecil, Sim Tjoen Oey terlihat sangat
menonjol dan berbakat sebagai pedagang.
Terutama karena semangat dan kerja kerasnya. Sim Tjoen Oey banyak membantu Sim Soen Hay
dalam berdagang.
Dalam perjalanan hidupnya Sim Tjoen Oey dalam usia yang
sangat muda akhirnya bertemu penopang dan pendamping sejati hidupnya yaitu Lim
Po Nio anak dari pasangan Lim Kin Hin dan Ong Tjeng Nio yang lahir pada tanggal
10 Maret 1912 di Palembang. Mereka
inilah awal dari lahirnya kita semua, Keluarga Besar Sim Tjoen Oey.
Dalam perjalanan, Sim
Sun Hay menyekolahkan kedua anaknya Sim Tjoen Tiang dan Sim Tjoen Tek kembali ke Negeri Tirai
Bambu. Sim Sun Hay membelikan rumah
untuk ditempati kedua anaknya ini di Ciokbei (Xiaman, Provinsi Fujian) . Sampai saat ini rumah tersebut masih ada dan
kepemilikannya atas nama Sim Tjoen Tiang.
Sim Tjoen Tiang sendiri menimbulkan masalah ketika sekolah di sana dan akhirnya harus pulang kembali ke Palembang bersama Sim
Tjoen Tek.
Sim Say sendiri sebagai pedagang kaya raya memiliki rumah
besar di Sim Ke Taw. Rumah besar
tersebut memiliki banyak sekali kamar.
Dan juga di sekelilingnya ada hamparan sawah yang sangat luas. Sekarang sawah-sawah tersebut telah dijual
oleh orang-orang yang diserahi kepercayaan untuk mengurus sawah tersebut. Dan sekarang di lokasi sawah-sawah tersebut
telah dibangun bangunan-bangunan yang bagus.
Namun rumah besar tersebut sampai saat ini masih berdiri dan masih
ditempati oleh keluarga besar dari sepupu Sim Tjoen Oey. Mereka ini tadinya juga tinggal di Indonesia
namun akhirnya memutuskan kembali ke Tiongkok ketika ada peristiwa PP 10. PP 10 adalah peristiwa dimana seluruh
pendatang dari Tiongkok harus menjadi WNI, mereka yang tidak mau menjadi WNI
harus pulang ke Tiongkok. Sejak itulah
mereka pulang dan menetap di Tiongkok.
Dari keluarga kita sendiri ada beberapa orang yang direncanakan untuk
pulang ke Tiongkok, antara lain Sim Han Mei dan Sim Han Ing. Untuk kepulangan mereka ini telah disiapkan 3
peti yang sangat besar untuk diisi seluruh keperluan mereka. Namun akhirnya mereka tidak jadi pulang
karena kapal yang akan datang menjemput dibatalkan.
Sim Sun Hay sendiri pernah mengajak istrinya Tjoa Eng Nio
untuk tinggal di Sim Ke Taw. Namun
karena tidak tahan menghadapi suhu dingin terutama saat musim dingin, mereka
akhirnya memutuskan untuk kembali ke Muara Enim. Tjoa Eng Nio sendiri adalah perempuan yang
sangat cerdas. Ketika 8 bulan tinggal
di Sim Ke Taw, beliau dapat belajar dengan cepat sehingga langsung bisa fasih
berbahasa Hokkian.
Harta kekayaan Sim Say di Palembang akhirnya harus ludes
karena salah seorang anaknya menghabiskannya di meja judi. Kenangan tentang Sim Say sendiri hanyalah
tinggal Tangga Dermaga yang masih ada sampai sekarang. Tangga tersebut masih terkenal dengan nama
Sim Say, walaupun belakangan orang lebih senang menyebut tangga tersebut dengan
nama Tangga Haji Soleh.
Sim Sun Hay meninggal pada umur yang sangat muda di Muara
Enim pada tahun 1928. Tjoa Eng Nio
sendiri meninggal dunia di tahun 1984 dan
dimakamkan di Palembang.
Kami ucapkan banyak terima kasih pada Encek/cekong Sim Tjoen
Tek yang melalui anaknya Sim Lie Sin telah membantu kami memberikan informasi
tentang sejarah/asal usul keturunan keluarga Sim.
Jakarta,
6 Juli 2011
Sim Tjiu King
Namaku Shen Chun Yong.. jadi pelafalan hokkiennya Sim-... apa ya? Aku kurang ngerti... Saudara/i-ku semua ikut marga papaku, Marga SHEN... papaku tinggal di bengkalis, sama acek2 dan ayi2 yang marga shen juga (saudara/i papa) disana kerja jadi pembuat kapal kayu yang besar2 (walaupun skrg udh jarang org pakai kapal kayu).. papaku juga punya kebun... tapi udh cerai sama mamaku.. mamaku marga HU... jadi aku harus ikut marga mama? Atau tetap marga papa? Skrg papaku itu nikah sama org islam juga... sejarah marganya mirip keluargaku yah, jadi sedih..
BalasHapusTetap berpegang teguh pada pendirian mu ...
HapusYa tetaap keturunan shen, sesuai marga papa nya
Hapuschén pelafalannya
BalasHapusSy mencari yg ada kaitannya dg marga sim.. Dl mama sy menikah dgn org cina bernama Sim sian giok nm islam joko sasmita, dan bercerai sampai skrg sy pingin bertemu sama bpk sy. Atw tdk ingin tau keluarga yg lainnya..
BalasHapusgabung id pro ceme bandar nomor 1 dunia capsa susun poker omaha superten
BalasHapus-Whatsapp :+6281318078990
domino777
Hallo marga keluarga saya Sim, dan Buyut saya bernama Sim Pin. Semoga saya bisa keluarga bermarga SIM😇
BalasHapusSalam Kenal, Saya Sim ( 沈) Chung Wei.
BalasHapushttps://www.kompasiana.com/simchungwei4359/63cf4f37812e6974893333c2/generasi-muda-tioanghoa-indonesia-penerus-marga-yang-memudar
Yuk gabung di Rumah Marga Sim/Shen jl. MANGGA BESAR IV C no.6.JakBar
BalasHapus